Negeri Impian: Negeri Syam (Negeri yang Dirahmati Allah)

FreedomSYAM

sumber: fadlikpappagallo.blogspot.co.id

Negeri Impian: Bukan Negeri Biasa
(Karya: Dinda Aldila Sari)

”Merantaulah…
Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan hidup asing (di negeri orang).
Merantaulah…
Kau akan dapatkan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan (kerabat dan kawan).
Berlelah-lelahlah,

manisnya hidup terasa seteleh lelah berjuang.
Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan.
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh menggenang.
Singa jika tidak tinggalkan sarang, tak akan dapat mangsa.
Anak panah jika tak tinggalkan busur, tak akan kena sasaran…”

Itulah penggalan syair dari salah satu Imam Mazhab terkemuka di dunia, yaitu Imam Asy-Syafi’i dengan nama asli Abu Abdullah Muhammad bin Idris al-Syafi’i. Seorang yang lahir di Ashkelon, Gaza, Palestina. Syair yang pernah aku bacakan di depan teman-temanku  saat ada tugas bahasa Indonesia dari Pak Bambang, guruku SMA. Entah mengapa syair tersebut membuat hatiku menggebu-gebu untuk menjamah tempat-tempat di bumi Allah ini. Beberapa waktu belakangan, aku memang ingin sekali merasakan indahnya ciptaan Allah. Bukan hanya merasakan, tapi juga setia bersyukur atas semua yang Allah ciptakan dengan tanpa sia-sia ini. Dari segi alamnya ataupun makhluk-makhluknya yang beraneka ragam. Menyusuri tempat demi tempat di dunia, itulah salah satu impianku. Mungkin kebanyakan orang mendambakan bisa mengunjungi negeri “Matahari Terbit” yaitu Jepang atau negeri “Super Power” yang sudah pasti menjadi julukan Amerika Serikat saat ini, Inggris pun tak ketinggalan dengan Big Bang yang tidak kalah luar biasa dan Perancis yang mempunyai Menara Eiffel yang terkenal sebagai bangunan paling romantis di dunia. Aku pun tak menyangkal jika ditanya apakah semua tempat itu akan menjadi daftar kunjunganku jika aku diizinkan Allah untuk menjejakkan kaki di berbagai penjuru dunia.
Aku pun pernah berkhayal tinggal di Palestina. Imajinasiku memang sering di luar akal pikiran manusia, tapi itulah gunanya berimajinasi, yaitu berangan-angan setinggi mungkin karena mengkhayal itu tak perlu bayar, hehe. Bisa tinggal di tempat-tempat yang Allah beri keistimewaan tersendiri dan salah satunya di Palestina. Tidak hanya tinggal, aku juga bisa ikut berjihad melawan musuh-musuh Allah. Pikiranku terlalu tinggi untuk bisa tinggal di sana, pergi kesana saja sudah Alhamdulillah, apalagi jika tinggal seumur hidup. Menurutku hidup bersama orang-orang yang berjuang untuk membela agama Allah itu terlihat menakjubkan. Melihat mereka, pejuang yang sebenar-benar pejuang, bukan hanya mempertahankan tanah mereka tetapi ada yang lebih penting lagi dari itu yaitu membela agama Allah hingga titik darah penghabisan.
Siapa yang tak kenal dengan Brigade Izzudin Al-Qassam, sayap militer Hamas yang terkenal sebagai Brigade kebanggaan warga Gaza. Hafal 30 juz Al-Quran merupakan syarat mutlak untuk menjadi bagian dari “pejuang Gaza” tersebut. Tidak hanya itu, mereka harus salat berjamaah tepat setelah azan berkumandang setiap harinya tanpa terkecuali. Bagaimana denganku, seorang perempuan yang tak punya kesibukan apapun kecuali ditumpuki tugas-tugas sekolah yang bisa dikerjakan setiap saat, membaca Al-Quran saja masih dibilang belum terlalu fasih, salat berjamaah pun jarang. Padahal jika dibandingkan dengan pejuang-pejuang Palestina, aku ini punya banyak waktu luang yang bisa kugunakan untuk menghafal dan mempelajari isi Al-Quran. Hidup di negeri yang sudah merdeka 70 tahun lalu, selama ini apa yang sudah aku kerjakan?
Masjid Al-Aqsa yang sejak dahulu menjadi incaran untuk dihancurkan oleh orang-orang Yahudi Israel karena ambisi mereka untuk membangun kembali Haikal Sulaiman (The Solomon Temple) di atas reruntuhan Masjid Al Aqsa. Aku pun masih belum mengetahui apa sebenarnya rencana dan tujuan mereka mendirikan Haikal Sulaiman di tanah Palestina yang sudah pasti akan selalu dalam perlindungan Allah tersebut.
Miris rasanya, jika mengetahui bahwa negeri Palestina yang sampai saat ini belum juga diakui merdeka oleh bangsa-bangsa lain. Tetapi, mereka tetap berjuang dengan tujuan yang sama, mendapatkan tempat terbaik yaitu surgaNya. Jika dipikir-pikir, penduduk Palestina termasuk penduduk yang benar-benar gigih serta tak kenal kata kalah. Mereka hanya mencari kematian syahid atas raga mereka. Bermodalkan semangat membara dengan senjata rakitan sendiri yang tentu saja tidak lebih hebat daripada senjata musuh yang terkenal sebagai salah satu negara yang mempunyai alat pertahanan dan tempur tercanggih di dunia. Dan satu lagi, para pejuang Gaza tak pernah lupa untuk berdoa kepada Yang Maha Segala. Bukankah pantas jika aku, seorang perempuan biasa ingin tinggal di sana serta membantu mereka. Aku tahu, sebenarnya mereka tak butuh apa-apa. Mereka hanya menginginkan satu dari setiap manusia yaitu mendoakan mereka dengan ikhlas tanpa henti. Tak perlu berjuang bersama mereka secara langsung jika kita tak sanggup. Doakan saja mereka, itu sudah lebih dari cukup.
“Aku benar-benar rindu dengan kalian, saudara-saudariku seiman yang sedang berperang melawan tank-tank besar, ranjau, serta bom-bom yang tak henti-hentinya menghantam rumah-rumah kalian. Semoga kalian pun juga rindu denganku disini. Biarkan aku dan kalian bertemu lewat doa dahulu.”
Tak pelak, air mata keluar dari sudut mata dan kadang bisa sampai terisak-isak melihat keadaan mereka melalui televisi atau media elektronik lainnya.

Bukan hanya Palestina, ada tempat lain yang ingin kujamah. Tempat yang disebut dalam hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pusat negara Islam.
“Uqru dar al-Islam bi as-Syam”
Benar, Syam atau yang biasa orang sebut sebagai Suriah atau Syria. Negeri yang beribukota di Damaskus. Tak banyak orang tahu, bahwa ulama besar seperti Imam Nawawi, Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnu al Jauziyah dan Ibnu Katsir lahir di negeri penuh berkah ini. Negeri yang sedang berkecamuk karena adanya kelompok-kelompok yang menamakan diri mereka sebagai organisasi pembela Islam tetapi malah mengkhianati Allah dengan cara yang menurutku dan mungkin juga menurut orang-orang sangat keji.
Mereka mengaku menegakkan Islam tapi nyatanya, mereka menzalimi kaum muslim sendiri. Bukankah jika mereka benar-benar berniat untuk menegakkan agama Allah, mereka bisa berperang melawan musuh-musuh Allah, memerangi bangsa Israel yang telah berbuat sewenang-wenang terhadap bangsa Palestina. Kemanakah mereka yang menyebut diri mereka mujahid saat itu?
“Tanda-tanda akhir zaman sudah banyak terjadi saat ini, berpegang teguhlah pada agama Allah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang beriman.”, suara ustadz yang aku tonton di televisi memecah imajinasiku tentang Suriah dan negara-negara Timur Tengah lainnya.
Tak bisa dibayangkan betapa sedihnya mereka, tatkala penghuni belahan bumi lainnya sedang menikmati kemewahan dan gemerlapnya dunia, mereka harus menaggung tangis duka saat mengetahui anak laki-lakinya sudah tak lagi bernyawa, suaminya telah meninggalkan istrinya untuk bertemu dengan Sang Pencipta, ayahnya bersimbah darah berjuang untuk hal yang memang harus dipertaruhkan dengan nyawa.
Ah, hati ini rasanya tak tega jika harus membayangkan kondisi mereka. Aku tak tahu, bagaimana negara-negara lain menanggapi ini semua. Apakah membantu atau bersikap tak acuh? Atau yang lebih parah lagi, mereka ikut memerangi negeri-negeri tak berdosa itu? Tak jarang, diri ini kesal jika membaca berita di media elektronik terhadap perlakuan negara-negara yang makmur tetapi untuk memberikan partisipasinya saja tidak.
Tak ada yang tahu kapan perang ini akan berakhir, hanya Allah lah Yang Maha Mengetahui atas segala kejadian yang akan datang. Jika ditelusuri lagi, “negeri-negeri Allah” mempunyai sejarah perjuangan seperti bangsa Indonesia. Dijajah wilayahnya, diambil kekayaan alamnya, dianiaya manusia-manusianya. Ya, aku harap bangsa ini tak melupakan sejarah mereka dahulu, berjuang dan senantiasa memekikkan kata “merdeka, merdeka, merdeka”. Dan semoga masyarakat Indonesia bisa mengambil pelajaran dari sejarah negeri ini untuk bisa membantu negara-negara yang mempunyai nasib persis seperti negeri tercinta ini.
Negeri Syam, negeri yang disebut Allah Subhanahu wa ta’ala dalam Al-Quran dan hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Negeri akhir zaman, Allah bentangkan sayap-sayap malaikat di atas awan negeri Syam. Negeri ini sekarang terpecah menjadi empat negara yakni Suriah, Palestina, Yordania dan Libanon. Dalam berita elektronik yang kubaca, Syam beribukota di Damaskus yang saat ini menjadi ibukota Suriah.

Dan tentu saja sebagai seorang Muslim, aku ingin menjadi bagian dari kota suci umat Muslim di seluruh dunia. Ya, aku ingin menjadi bagian dari dua kota yang bercahaya yaitu Mekkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawarah. Mekkah, yang terkenal dengan Kakbahnya yang menjadi kiblat umat Muslim di seluruh pelosok dunia, setelah dipindahkan dari Masjid Al-Aqsa di Palestina dan sampai sekarang hingga hari kiamat itu tiba, kiblat kaum Muslim akan tetap Kakbah. Bisa dibayangkan jika aku setiap hari bisa mengunjungi Masjid al-Haram untuk beribadah di sana, pasti hati ini terasa adem sekali. Mekkah dan Madinah, tempat yang tidak akan dimasuki oleh Dajjal karena Allah telah melindunginya dengan penjaga-penjagaNya yang tak pernah ingkar kepada Penciptanya. Hidup berdampingan dengan orang-orang bertubuh tinggi besar dan perawakannya yang lumayan keras, sedangkan aku yang kecil imut-imut ini. Tak masalah bagiku, mereka tentu bisa menghargai orang-orang sepertiku dan aku juga akan menghargai dan bersikap toleran jika tidak sengaja bersenggolan dengan siku tangan mereka di manapun.
Mekkah dan Madinah di Arab Saudi, tak ubahnya seperti New York dan Washington DCnya Amerika Serikat. Dua kota paling utama di masing-masing negara tersebut. Madinah al-Munawarah, tempat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat di pangkuan isterinya yaitu ‘Aisyah radiallahu ‘anha. Di dalam masjid Nabawi terdapat makam Rasulullah. Tempat yang tak pernah sepi dari orang-orang, entah untuk salat wajib atau untuk ibadah lainnya. Ada keistimewaan tersendiri jika beribadah di Masjid Al-Haram, Masjid Nabawi, serta Masjid Al-Aqsa sesuai dengan hadis Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang kubaca.
“Shalat di Masjidil Haram senilai dengan seratus ribu shalat. Shalat di dalam masjidku senilai dengan seribu dan di dalam Baitul Maqdis senilai dengan limaratus.”(H.R Baihaqi yang bersumber dari Jabir).
Muslim mana yang tak mau jika setiap hari bisa beribadah di Masjid al-Haram ataupun Masjid Nabawi yang memiliki keistimewaan tersendiri. Berkumpul dengan syeikh-syeikh yang masyhur di dua masjid yang istimewa ini pasti rasanya sungguh luar biasa.

Terlepas dari itu semua, kecintaanku terhadap negeriku sendiri, Indonesia tidak akan berkurang sedikitpun dan malah akan bertambah dan terus bertambah. Negeri yang kaya sekali akan sumber daya alamnya. Masyarakatnya yang terkenal ramah dan senantiasa menjaga tutur kata serta perilaku mereka di depan orang lain. Bersyukur, itulah kata yang tepat karena telah dilahirkan oleh wanita terhebat di tempat terindah pula. Bagiku, jika aku tak bisa mewujudkan mimpiku untuk berkeliling dunia, masih ada Indonesia yang siap untuk kujamah dari Sabang sampai Merauke. Seperti yang sudah aku tuliskan tentang syair Imam Syafi’i, bepergianlah, maka ada lima keutamaan untukmu melipur duka, memulai penghidupan yang baru, memperkaya budi pekerti, pergaulan yang terpuji, serta meluasakan ilmu. Inilah yang menjadikan semangatku semakin terpacu untuk bisa berkeliling dunia. Entah bersama siapa, memulai perjalanan darimana dan kapan, tapi tetap tujuanku hanya untuk menambah keimananku kepada-Nya, kepada Sang Pencipta Langit dan Bumi ini. Bertemu dengan orang-orang baru, memulai pagi hari yang cerah di tempat yang berbeda, menghangatkan badan dari udara malam yang menusuk sampai tulang di pinggir jalan dengan secangkir kopi hangat khas daerah tersebut. Bertemu dengan orang baru di negeri orang, mau tidak mau harus mempelajari berbagai bahasa dan kadang terpaksa menggunakan bahasa isyarat jika sudah kehabisan kata-kata yang kadang tak orang lain mengerti. Menjelajahi tempat-tempat peradaban Islam yang tentu saja menarik dan selalu ada kejutan di balik tempat-tempat yang akan kukunjungi. Aku harap malaikat Izrail belum ditugaskan Sang Pencipta untuk melepas rohku dari raga ini, dan aku masih diberi kesempatan untuk menuntaskan ambisiku ini TO TRAVEL AROUND THE WORLD.

“Salam Ukhuwah…”

2 respons untuk ‘Negeri Impian: Negeri Syam (Negeri yang Dirahmati Allah)

  1. Tulisannya bagus tapi mendingan gak pake bahasa inggris kalo kurang menguasai. Seharusnya “to travel around the world”.

    Suka

Tinggalkan komentar